Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.
HotTerkini

Asal Usul Sejarah Pembuatan Kapal Pinisi yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Asal Usul Sejarah Pembuatan Kapal Pinisi yang Jadi Google Doodle Hari Ini

KabarHangat.comGoogle telah memilih kapal pinisi sebagai doodle art pada hari ini. Berikut adalah Asal Usul Sejarah Pembuatan Kapal Pinisi khas Indonesia.

Pada hari Kamis, 12 Desember 2023, Google menampilkan Google Doodle yang menggambarkan kapal pinisi. Kapal pinisi, sebagai moda transportasi laut khas Sulawesi yang memiliki sejarah yang kaya, diabadikan dalam doodle tersebut. Berikut adalah informasi rinci tentang kapal pinisi.

Sejarah pembuatan Kapal Pinisi, adalah kapal ini, yang awalnya menggunakan tenaga angin, pernah menjadi sarana transportasi utama bagi pelaut Indonesia. Umumnya, fungsinya adalah mengangkut berbagai barang keluar dan masuk pulau. Saat ini, peran utamanya beralih sebagai objek wisata yang menarik.

Artikel KabarHangat.com merangkum sejarah Pembuatan Kapal Pinisi ini secara mendalam, mari kita simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Sejarah Pembuatan Kapal Pinisi

Asal Usul Sejarah Pembuatan Kapal Pinisi yang Jadi Google Doodle Hari Ini
Sejarah Kapal Pinisi Yang Muncul Google Doodle Hari Ini

Asal-usul Nama Pinisi

Terdapat perbedaan pendapat mengenai asal-usul nama kapal pinisi. Menurut informasi dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia, versi pertama menyatakan bahwa kata “pinisi” berasal dari nama kota Italia, Venecia/Venezia. Secara perlahan, nama kota Venecia/Venezia tersebut mengalami transformasi hingga menjadi “pinisi” dalam dialek Konjo. Suku Bugis Makassar mengadopsi nama kota ini karena kebiasaan untuk memberikan nama tempat yang terkenal atau memiliki kesan istimewa pada benda kesayangan mereka.

Di sisi lain, versi kedua mengklaim bahwa “pinisi” berasal dari kata “panisi,” yang berarti menyisip. Nama ini muncul sebagai hasil dari proses penyumbatan bagian sambungan papan, dinding, dan lantai kapal dengan bahan tertentu.

Selain itu, berdasarkan tugas akhir berjudul “Desain Kapal Wisata Jenis Pinisi di Perairan Indonesia Timur” oleh Bondan Kartika Ahmad Ibrahim, terdapat klaim bahwa nama “pinisi” berasal dari kata “peeneeseek,” yang kemungkinan berasal dari istilah Prancis dan Jerman, yaitu “pinasse” yang digunakan untuk merujuk pada kapal layar berukuran sedang.

Sejarah Kapal Pinisi

Kapal pinisi diyakini telah hadir sejak abad ke-1500 Masehi. Bahtera ini digunakan oleh para pelaut Konjo, Bugis, dan Mandar untuk melakukan pengangkutan barang melalui laut. Dikutip dari sumber resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Untuk informasi lebih rinci, berdasarkan laman Direktorat Sekolah Menengah Pertama Kemdikbud, sejarah terbentuknya kapal pinisi memiliki cerita menarik. Menurut Babad La Lagaligo, kisah ini melibatkan Sawerigading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu. Sang putra mahkota menciptakan perahu pinisi dengan menggunakan kayu dari pohon welengreng yang terkenal kuat dan kokoh.

Tujuan pembuatan kapal ini adalah untuk menemani perjalanan panjang Sang Putra Mahkota ke Tiongkok, di mana ia berniat untuk menikahi seorang putri bernama We Cudai. Perjalanan tersebut berjalan sukses, dan setelah menikah dengan We Cudai, Sawerigading tinggal sementara di Tiongkok. Namun, sang pangeran yang merindukan kampung halamannya memutuskan untuk kembali ke Nusantara.

Sayangnya, perahunya mengalami nasib malang ketika dihantam ombak dan hancur berkeping-keping. Pecahan perahu ini kemudian terbawa oleh arus laut dan tersebar di tiga kelurahan di wilayah Bulukumba, yaitu Ara, Tana Beru, dan Lemo-Lemo. Warga setempat mengumpulkan pecahan-pecahan tersebut dan menggabungkannya kembali, membentuk sebuah kapal megah yang diberi nama pinisi.

Karakteristik Umum Kapal Pinisi

Kapal khas Suku Bugis ini mudah untuk dikenali. Berikut ini beberapa karakteristik umumnya:

  • Memiliki 7 hingga 8 layar (tiga di depan, dua di tengah, dan dua di bagian belakang)
  • Memiliki 2 tiang utama pada bagian tengah dan belakang kapal
  • Terbuat dari beberapa jenis kayu seperti besi, bitti, kandole, suryan, ulin, kesambi, dan jati
  • Berdasar informasi dari laman Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham, kapal pinisi terdiri dari enam bagian, sebagai berikut:
  • Anjong (segitiga penyeimbang), terletak di bagian depan kapal
  • Sombala (layar utama), berukuran besar hingga 200 meter persegi
  • Tanpasere (layar kecil), berbentuk segitiga dan ada di setiap tiang utama
  • Cocoro pantara (layar bantu depan)
  • Cocoro tangnga (layar bantu tengah)
  • Tarengke (layar bantu belakang)

Jenis Kapal Pinisi

Kapal pinisi dikelompokkan menjadi dua jenis berdasarkan perbedaan bentuk lambung dan letak kemudinya, yaitu sebagai berikut:

  1. Palari

Palari merupakan varian kapal pinisi yang memiliki lambung serupa dengan kapal padewakang yang berasal dari Sulawesi. Lunas pada tipe palari memiliki lebar yang lebih besar, dan kemudi diletakkan di samping kapal. Nama “palari” sendiri mengandung makna ‘untuk berlari’.

  1. Lamba atau Lambo

Jenis kapal ini merujuk pada kapal pinisi modern yang telah dilengkapi dengan motor diesel. Bentuk lambungnya terinspirasi oleh kapal-kapal Eropa pada era 1.900-an. Berbeda dengan tipe palari, kemudi pada lamba atau lambo ditempatkan di bagian tengah kapal, sehingga memudahkan manuver kapal.

Proses Pembuatan Kapal Pinisi


Pada saat ini, pembuatan kapal pinisi masih tetap dilakukan di tiga desa di Kabupaten Bulukumba, yaitu Tana Beru, Bira, dan Batu Licin. Proses pembuatan kapal ini masih mengikuti metode tradisional.

Sebelum memulai proses pembuatan, sebuah kelompok panitia akan dibentuk, dan setiap anggota panitia memiliki tugasnya masing-masing. Anggota panitia meliputi panrita (kepala tukang), sawi kabusu dan pemula (tukang), sambalu (pemilik perahu), dan ledeng (dewan musyawarah). Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa proses pembuatan berjalan dengan teratur, harmonis, dan sesuai dengan keinginan.

Setelah itu, tahapan pembuatan kapal pinisi dimulai, yang dapat dibagi menjadi tiga tahap besar. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pembuatan kapal pinisi:

Berdasarkan Hari yang Propisius Sebelum memulai pencarian kayu, terlebih dahulu ditentukan hari yang dianggap propisius untuk melaksanakan proses ini. Biasanya, hari yang dianggap propisius jatuh pada hari ke-5 atau 7 pada bulan pembuatan kapal. Pemilihan hari tersebut melambangkan kepercayaan akan rezeki yang ada di tangan dan keberuntungan yang selalu mengiringi.

  • Penebangan, Pengeringan, dan Pemotongan Kayu

Setelah menemukan pohon yang dianggap sesuai, pohon tersebut kemudian ditebang. Kayu yang dihasilkan akan dikeringkan dan dipotong-potong. Kayu-kayu ini kemudian disusun menjadi bagian-bagian kapal pinisi.

Pemilihan kayu untuk kapal pinisi mempertimbangkan kualitas dan usia kayu. Untuk kapal yang lebih besar, diperlukan kayu dengan usia yang lebih tua. Sebagai contoh, kapal besar membutuhkan kayu dengan usia minimal 50 tahun, sedangkan kapal kecil dapat menggunakan kayu yang berusia 25 tahun.

Sebelum kapal diluncurkan, pada malam sebelumnya akan diadakan seremoni ammossi dan appassili. Pada hari berikutnya, biasanya pada siang hari, kapal akan diluncurkan dengan bantuan sejumlah orang. Bahkan, partisipasi dalam peluncuran bisa melibatkan hingga seratus orang yang turut serta bergotong-royong.

Setelah peluncuran, pemilik kapal biasanya akan mengadakan acara pesta untuk menghargai dan menghormati semua yang telah membantu dalam proses pembuatan dan peluncuran kapal tersebut.

Refrensi: Detik.com

Related Articles

Back to top button